jump to navigation

Perubahan Kurikulum Pendidikan dan Inkonsistensi Pemerintah 30 Juli, 2007

Posted by Sir Spitod in Essay-ish, eXperience, Schooling.
trackback

Tak dapat dipungkiri, pendidikan yang baik adalah investasi yang tak ternilai untuk kemajuan bangsa. Maka, untuk menstandarkan materi-materi pendidikan yang diberikan dalam sekolah, disusunlah kurikulum oleh pemerintah sebagai pedoman sistematis yang wajib dilaksanakan bagi institusi-institusi pendidikan di Indonesia dalam materi pelajaran. Kurikulum akan menentukan materi yang wajib diberikan, urutan pemberiannya, indikator-indikator pemahaman siswa, dan banyak lagi. Dengan begitu banyak poin penting yang diatur dalam kurikulum, penyusunan kurikulum yang tepat sangatlah krusial untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Namun, di saat jaman reformasi ini, kurikulum yang dikeluarkan pemerintah senantiasa berubah secepat seseorang bosan dengan mainannya. Bahkan, dapat terlihat bahwa setiap kali berganti menteri pendidikan maka hampir dapat dipastikan kurikulum juga akan diubah. Apakah sering berganti-ganti kurikulum itu baik? Tergantung. Sebetulnya apabila kurikulum baru memang lebih efektif dan cocok dengan realita di lapangan, maka itu baik. Tapi, apa bila kurikulum itu tidak efektif dan sulit direalisasikan dengan sempurna, maka yang terjadi adalah kebingungan dan miskonsepsi. Bila hal itu terjadi, maka yang paling menjadi korban adalah siswa, korban dari proyek Depdiknas dan menteri baru yang ingin “tampil beda”.

Angkatan saya adalah angkatan kelinci percobaan, yang mengalami semua jenis kurikulum pemerintah yang semakin lama semakin tidak konsisten. Kurikulum 1994, KBK(Kurikulum Berbasis Kompetensi), KTSP(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), dan berbagai variasi minor di antara ketiganya. Perubahan kurikulum yang begitu cepat telah mengakibatkan banyak kebingungan pada angkatan kami, baik para guru mau pun siswa. Lebih parah lagi, kurikulum-kurikulum baru ini seperti dibuat asal jadi. Kenapa saya berani berkata begitu? Pada kelas X, kami bergelut dengan kurikulum KBK, yang kami sebut juga Kurikulum Berbasis Kebingungan. Pada pelajaran Fisika, salah satu materi yang diberikan adalah tentang GLBB(Gerakan Lurus Berubah Beraturan). Dalam materi ini kami dipaparkan satu konsep yang benar-benar baru: Integral & Differensial. Sedangkan, pelajaran Differensial dalam matematika baru diberikan di kelas XI, dan Integral di kelas XII. Tidak adanya sinkronisasi antar pelajaran ini membuat materi Fisika tersebut tidak terserap dengan sempurna, dan materi Matematika juga kami jadi belajar dua kali, yang merupakan pemborosan waktu. Kelemahan ini menunjukkan, kurikulum ini tidak dipikirkan secara matang. Bahkan banyak yang beranggapan sistem kurikulum KBK, yang meniru kurikulum negeri-negeri barat, memang sulit untuk diterapkan sepenuhnya di Indonesia. Hal ini karena kurikulum KBK sebenarnya menuntut agar satu guru hanya membimbing 10-15 siswa, evaluasi berkelanjutan, dan siswa diharuskan untuk berusaha mencari materi secara mandiri. Yang, bila dipikir dengan akal sehat, penerapan sepenuhnya di indonesia sekarang adalah mustahil. Tetapi tetap saja KBK diterapkan, dan maka beberapa sekolah, termasuk sekolah saya juga beralih pada kurikulum KBK. Walau lucunya kurikulum KBK pada akhirnya tidak pernah disahkan!

Jalannya pendidikan tetap berlanjut. Pada tahun 2006, pemerintah memberi “kejutan” baru. KTSP, yang terkenal dengan sebutan kurikulum KaTeSiaPe. KBK yang baru setengah jalan harus ditinggalkan, karena sekarang pemerintah bilang KTSP. Mau tidak mau sekolah harus patuh. Dalam sisi positif, sebetulnya kurikulum KTSP ini memberikan otoritas baru bagi para guru dan sekolah, karena kurikulum ini membolehkan mereka untuk membentuk kurikulum tersendiri. Hal ini dapat melecut kreativitas dan profesionalitas guru dalam konsep pendidikan efektif. Sayang, pemerintah tetap mengulangi kesalahan yang sama. Pelaksanaannya cenderung terburu-buru dan tidak merata. Para guru di sekolah belum mempunyai pengalaman dalam membuat kurikulum tersendiri, sedangkan masa sosialisasi KTSP tergolong amat singkat untuk perubahan sistim yang signifikan seperti itu. Dan juga, kurikulum ini mengubah beberapa urutan materi yang diberikan, misalnya materi yang sebelumnya diberikan pada semester pertama, menurut ketentuan baru ini harusnya diberikan semester kedua. Implikasinya adalah dalam beberapa materi siswa harus belajar kembali suatu materi di semester kedua, padahal  pada semester pertama materi tersebut materi itu sudah dianggap selesai! Tentu saja hal ini absurd, untuk apa mengulang sedangkan materi lain mendesak serta UAN semakin dekat? Maka beberapa guru pun mengabaikan perintah kurikulum dan tetap memfokuskan pada materi yang belum selesai. Akibatnya, kurikulum KTSP hanya tinggal nama saja.

Semua hal di atas adalah sebuah ironi. Pada jaman dahulu pendidikan di Indonesia adalah acuan bagi negara tetangga. Namun sekarang, kita telah tertinggal jauh dari bekas “murid” kita. Mengapa? Karena kurikulum kita yang seharusnya menjadi pangkal tombak pendidikan tidaklah konsisten dalam pelaksanaannya. Dan bila kita tidak berubah sikap sekarang juga, Indonesia takkan bisa maju. Semoga pemerintah segera menyadari hal ini dengan memperbaiki kesalahan-kesalahan di kurikulum yang baru, menyempurnakannya dengan memperhitungkan kondisi di lapangan, dan menerapkannya secara tahapan sistematis yang konsisten untuk jangka panjang. Kurikulum sebagus apapun takkan bisa berjalan mulus jika tidak dijalankan secara konsisten dan berkesinambungan. Kurikulum pendidikan di Indonesia membutuhkan penyempurnaan, bukan pergantian konsep terus-menerus tanpa hasil yang berarti.

Komentar»

1. herudahnur - 16 Agustus, 2007

udah, pendidikan gratis itu harus ada di indonesia. karena itu merupakan investasi yang paling baik.

2. agung - 21 Agustus, 2007

kalau pemerintah masih plintat-plintut dalam mengatur kurikulum, semakin membuka peluang bagi masuknya penyelenggara pendidikan non pemerintah untuk masuk dan bersaing dengan sekolah-sekolah negeri. Masalahnya adalah, akan terjadi kompetisi, yang salah satu indikatornya adalah sekolah negeri yang punya otonomi itu akan menaikkan biaya, yang akan ditanggung oleh masyarakat, untuk meningkatkan kualitasnya. Padahal masalah biaya harusnya ditanggung negara, terlepas pengelolaannya otonom.
Pada kondisi seperti itu, saya yakin sekolah negeri yang selalu identik dengan baik akan berkurang popularitasnya.
Tapi jadinya….yang punya duit bisa dapat sekolah yang bagus,..yang kagak punya duit ya sekolahnya di tempat yang jelek…..
Piye iki…kok jadi masyarakat ‘tidak’ tanpa kelas

3. alfian - 24 Agustus, 2007

tolong kirim artikel or makalah tentang setiap yang terkait dengan proses reaktualisasi kurikulum dan kopetensi guru dalam menjalaninya.

4. utami - 10 September, 2007

sebenarnya sih kurikulum itu emang harus ditinjau secara rutin. dilihat apa kekurangan dan kelebihannya. trus dicari solusi untuk kekurangannya. tapi pada prakteknya, pemerintah seringkali lupa pada kondisi riil masyarakat. pemerintah dak melihat kesiapan aparatur sekolah. dengan kata lain sekolah saja dak siap apalagi muridnya.

5. har & zul - 12 September, 2007

Sebenarnya peningkatan mutu pendidikan serta peserta didik kita, tidak hanya terpaku pada kurikulum atau perubahan-perubahannya yang terjadi saat ini. Melainkan bagaimana tindak lanjut dan kepedulian pemerintah terhadap nasib peserta didik serta tenaga pendidik di Indonesia. Kami mengharapkan perhatian terkhusus pada bapak presiden SBY agar kiranya tersadar dan melihat realita terpuruknya dunia pendidikan kita saat ini. Ingat bahwa kemajuan suatu bangsa terletak pada sistem pendidikannya yang baik, jangan hanya terpaku pada perubahan kurikulum yang tidak menghasilkan perubahan apapun pada Ibu pertiwi kita ini. Sadar……..ki !”

6. GUNTUR - 26 September, 2007

saya rasa apa yang kalian bicarakan semuanya cuma sampah, tidak ada pendidikan yang baik di indonesia saat ini, apapun kurikulumnya hanya akan melahirkan penghuni neraka jahannam…

7. Uj. Nur Ali - 24 Oktober, 2007

Apapun nama kurikulumnya, tidak akan menjadi outpun peserta didik lebih baik, karena tidak adanya Demokrasi dalam Pendidikan, pemerintak terlalu banyak intervensi. kewenangan pendidikan dibenturkan dalam acuan standarisasi yang sama. realita yang ada proses KBM dan Fasilitas Pendidikan di Indonesia masih berbeda. hal ini menjadi pengaruh besar untuk menuju pendidikan kearah yang lebih baik.

seharusnya Pemerintah lebih mendorong kearah pengembangan kualitas. bukan sibuk menambal sulam penggantian kebijakan standarisasi dan formalisasi pendidikan, ketimbang memikirkan kualitas pendidikan di indonesia.

berikan demokrasi dan liberalisasi pendidikan kepada rakyat.

8. Nurul Qomar - 24 Oktober, 2007

Apapun Kurikulumnya, pemerintah harus selalu siap memfasilitasi sarana dan prasarana untuk pendidikan seutuhnya!
Terima kasih!

9. noni leony w.s - 4 November, 2007

tolong krim tntang kurikulum dari pertama – sekarang

10. echa 13bintang - 6 November, 2007

sekali kali buat kurikulum yang menyenangkan tapi tetap berpedoman pada pendidikan. have fun bikin kita senang belajar…tapi kalo udah junk head,,,aduh!!! bingung ya,,ganti ganti terus,tapi satupun gada yang kerasa manfaatnya. KBK pertama denger nama plus sistem pendidikannya kesannya kaya canggih banget. tapi sama aja,,,masih bikin kita riweuh,yakin guru juga pasti stress kan??

11. uSSSS - 17 November, 2007

duch ngomongin kurikulum ga pernah ada habisnya, kenapa sich pemerintah tu ga pernah sadar kalau mereka tuk makhluk yang terbatas, kenapa sich ga mau make aturan dari yang ga terbatas ALLah n so Back to ISLAm………….

12. Sha - 26 November, 2007

bismilah…..
bwt pemerintah sha kasih taw klo negeri ini maw maju,,,
majuin dlu pendidikan, liat orang jepang sekarang,,,,,
mereka maju karena pendidikan di sana jadi no. 1 ketimbang..
“PEMBANGUNAN”
gx apa2lah ketingglan dlu am negara laen,
yang penting lo penting pendidikan harus jadi prioritas no. 1 dlu,
spy orang2 di indonesia jadi pinter2…..
nanti juga indonesia bakalan bisa nyusul lage…
chayo pemerintah…

13. candra - 26 November, 2007

menanggapi comment dari uSSS 17 nov 2007

klo kembali ke ISLAM…. masalahnya tidak semua murid itu beragama ISLAM… dan maksudnya kurikulum kembali ke ISLAM itu yang bagaimana seh? gak nyambung deh

14. roever zero seven - 28 November, 2007

He..bro!!
maaf,ente yg nulis artikel ini tw ga sih???KBK tuh baru percobaan yg dilakukan pemerintah..belum diputuskan sebagai kurukulum yg wajib diterapkan..nah sekolah2 bodoh yg ga tau apa2 niru2 sekolah yg buat percobaan, jelas mereka kocar-kacir wong sekolah yg buat percobaan itu dibiayai pemerintah…akhirnya sekolah2 katrok yag ikut2an tdi ngeluh klo KBK tuh susah..(padahal belum diterapkan pemerintah)!!
ya udah…akhirnya pemerintah mengganti “sedikit” yg ada pda KBK,trus dikasih bancaan alias ganti nama jadi KTSP.itulah kelemahan bangsa kita yg suka ikut2an tanpa tau arah n tujuan

15. Sitti Maesuri - 22 Januari, 2008

Sungguh kompleks ya pendidikan di Indonesia.
Untuk membenahinya, dibutuhkan waktu yang lama dan kerja sama kuat.
Saya yakin, kita tidak bisa menciptakan perubahan yang secara instant. Celakanya, pemerintah seringnya mau serba instant.

16. mumbai - 3 Maret, 2008

kurikulum biar saja terus berubah (bukan terlalu optimis) habis ….emang itu maunya policy maker kita. yang penting kita (guru) tetap pada pendirian untuk terus merubah paradigma kita untuk tetap menjadi pendidik yang berbuat sebaik mungkin bagi generasi muda. apapun yang telah kita lakukan walaupun seiprit adalah usaha ikhlas kita. kita hanya berdoa mdh2an para policy maker kita diberikan rahmat oleh Tuhan yang Maha Esa untuk menjadi orang yang insyaf untuk menyengsarakan anak-anak bangsa. Aminnn…….

17. ILYAS AFSOH - 7 April, 2008

yeah. it’s vry hard for us (teacher) in this case

18. zee - 1 Mei, 2008

ajrit !
apaan indonesia,, selalu g jelas !
angkatan gw slalu menjadi bahan percobaan
pertama x msk smp pke tes, masuk sma on line g jls,
skrg aja mw Lulus 6 mapeL !!!!

menteri’ nya plin plan !!

19. irna - 3 September, 2008

yupz.. begitulah pemerintah kita,, gak pernah pikir panjang…
tapi kita gak punya hak umtuk menghakimi mrk, yg hrs kita lakukan adlah mnjd generasi yg brkualitas dan memberikan yg terbaik bg pertiwi!

20. Afian - 28 September, 2008

I want to be a teacher but I’m confuse because I don’t understand what the goverment want for education quality in Indonesia!please tell me to do that, to realize what I want??thanks

21. elly - 17 Maret, 2009

What happen about our curriculum? Apapun kurikulumnya yang penting adalah kesiapan semua unsur pendidikan ( termasuk pemerintah ) untuk menjalani komitmen yang tertuang dalam kurikulum. Dengan kebijakan yang ada sekarang, jujurkah pendidikan kita? Bagaimana mungkin anak bangsa yang ada di daerah terpencil ( yang listriknya tidak ada ) mampu menjawab soal-soal listening Bahasa Inggris?

22. Wonkedhan - 29 Mei, 2009

hemmmm….

semua ternyata mengutarakan (hampir) dalam permasalahan yang sama dalam kurikulum pendidikan di indonesia.

boleh juga tuh.

sebagian, aku setuju dengan isi coment yang ada.

namun, apakah disini kita harus meneriakkan KETIDAK BERESAN kurikulum penidikan di Indonesia.

Mungkin ada yang tahu dimana??

23. ajnk - 19 Juli, 2009

pendidikan di indonesia ajang manipulasi bisnis

24. melllll - 19 Juli, 2009

banyak sekolah sekarang yang hanya menerima siswa dari kalangan atas.
gak bener lagi tuh.

25. annisa - 29 November, 2009

waduuuhhhh kurikulum yang diganti terus bikin pusing…….pake nyang pas dunk

26. neev - 1 Desember, 2009

menarik juga om….sebenernya ada korban satu lagi yang belum disebutin…yaitu perusahaan penerbitan,,,wkwkwk mereka bingung mau nulis ap ntar….baru memperbarui buku dengan konsep KBK ternyata ganti lagi dengan model yang Katesiape!!!!lalu pemerintah juga membuat buku online….jd sekarang tinggl nongkrong di warnet 1 jam = 3500….trus di print d rental….paling cuma 5000
“Kurikulum pendidikan di Indonesia membutuhkan penyempurnaan”
yang dimaksud penyempurnaan menrtmu ap?

27. kabayan - 28 Agustus, 2010

kurikulum pendidikan di indonesia sarat dengan kepentingan bisnis para petinggi kementrian pendidikan juga dengan mengadopsi kurikulum negara-negara liberal yang membabi buta , pengkebirian otoritas guru dan seabreg lagi permasalahan menambah kebingungan para guru dan murid , kayaknya pemerintah tidak ingin bangsanya menjadi bangsa yang cerdas, tapi menginginkan bangsanya menjadi budak-budak bagi perusahaan asing yang meraja lela di negeri ini

28. yaniealie - 19 Desember, 2010

udah mending gk usah skul aja…

buka lapak aja trus bisnis

toh ujung2 nya skul juga buat cri uang

ato hum skuling aja toh sama2 pinternya nanti antara anak humskuling ma yg skul biasa

29. Carmon - 17 Februari, 2013

Where exactly did you actually obtain the recommendations to publish ““Perubahan Kurikulum Pendidikan
dan Inkonsistensi Pemerintah Spitods Blog”? Thanks for your
effort ,Bennie


Tinggalkan komentar